Sabtu, 17 Oktober 2009

Curhat Kampungan Seorang Pecandu Marlboro


Enam batang puntung Marlboro sudah berdesakan di asbak aluminiumku, tapi rasanya masih tidak cukup untuk membuatku tenang. Mungkin lain kali aku menghisap ganja saja, siapa tau bisa membuatku kolaps dan berhenti memikirkan hal tolol. Memalukan, di luar sana gempa bertubi-tubi, aku malah berkutat di pojok kamarku, menghisap Marlboro dengan kedua mataku yang bengkak parah karena menangis. Seharusnya aku bergabung menjadi relawan dengan dinas sosial atau LSM atau apalah yang lebih bermanfaat dari sekedar menghisap rokok sambil menangis bombay seperti ini.
Ini konyol! ini benar-benar konyol ... lelakiku entah sedang apa diluar sana dengan mantan kekasihnya dan aku tidak bisa berbuat apa-apa. Sebenarnya bukan "aktivitas"nya yang menjadi masalah buatku, aku nyaris tidak perduli dia mau sekedar jalan-jalan atau malah berakhir di ranjang, justru yang membuatku nyaris gila seperti ini adalah ketidak berdayaanku...aku tidak berdaya untuk sekedar menanyakan "Kamu dimana? sedang apa?" karena itu bukan hakku. Entah mengapa itu amat sangat menyakitiku.
Aku bukanlah kekasihnya, aku cuma wanitanya tidak jauh beda dengan propertinya. Hakku adalah berada di dekatnya saat dia menginginkannya, kewajibanku adalah melakukan apa saja untuk membuatnya bahagia. Cemburu? itu bukan hakku, bukan juga kewajibanku. Aku salah jika cemburu, padahal satu-satunya kesalahanku adalah melibatkan hati ke dalam hubungan yang seharusnya fisik semata.
Tidak ada yang adil bagiku dalam hubungan ini, tapi aku memilih untuk tetap menjalaninya. Seperti canduku pada rokok, dia adalah Marlboro ku, sesuatu yang bisa membuatku tenang. Sesuatu yang tetap akan kucari walau akibatnya paru-paru dan jantungku rusak. Sesuatu yang tetap aku hisap, walau hanya kematianlah yang Ia janjikan untukku.
Aku tidak mencintainya....Aku mencandunya...dan aku tidak peduli walau akhirnya aku harus mati karenanya...

======
Aku dan 20 puntung Marlboro
Tersungkur di pojok kamar...

1 komentar: